Baru saja dinobatkan sebagai pemenang film terbaik untuk kategori drama sekaligus menyabet gelar kehormatan untuk Sutradara terbaik oleh Sam Mendes di perhelatan Golden Globes 2020, 1917 tak hanya menjual one-shot film gimmick, tapi juga menawarkan pengalaman sinematik komplit. Dengan teknis pengambilan gambar yang seolah-olah sekali take, film berdurasi hampir dua jam ini sukses mencuri perhatian baik kritikus film, maupun penonton awam.
Hingga artikel ini diterbitkan, 1917 masih menyandang predikat Fresh dengan skor 89% dari 356 orang kritikus dan 89% dari 16,363 audiens terverifikasi di Rotten Tomatoes. Angka ini diamini oleh kritikus dan pengguna IMDb (8.6/10) dan Google (91%), seperti apa?
Save Your Brother

April 1917, di Western Front. Seorang prajurit muda, Tamtama Blake (Dean-Charles Chapman) diberi misi berbahaya. Ia diminta untuk membawa pesan melewati perbatasan lini depan untuk mencapai battalion Devonshires, dan menghentikan penyerangan yang direncanakan bakal terjadi besok.
Pihak lawan telah mundur ke garis Hindenburg -namun pengintaian terbaru telah mengungkapkan bahwa mundurnya tentara Jerman tersebut adalah sebuah perangkap. Jika battalion Devonshires melanjutkan penyerangannya, 1,600 orang akan mati sia-sia, termasuk kakak laki-laki Blake yang berada di dalam pasukan tersebut.
Sang Jendral, Erinmore (Colin Firth) memilih Tamtama Blake untuk melakukan tugas ini karena motivasi tambahan tersebut. Memperingatkan battalion Devonshires, sekaligus menyelamatkan sang kakak. Untuk misi ini, Blake hanya bisa mengajak satu orang, iapun memilih Tamtama Schofield (George McKay).
Disepanjang perjalanan, keduanya dihadapkan pada beragam kondisi yang mengerikan. Mulai dari lingkungan kelam sisa-sisa peperangan yang masih hangat, mayat dan tengkorak manusia maupun kuda, hingga kawat berduri yang menyusahkan. Sukseskah keduanya mencapai battalion Devonshire pada waktunya? Apakah 1,600 prajurit berhasil terselamatkan?
The One Shot Take

Untuk membawa penonton dalam perjalanan penuh bahaya tersebut, sinematografer Roger Deakins dan sutradara Sam Mendes menawarkan satu sudut pandang, dengan satu kamera (atau dibuat agar tampak demikian) yang mengikuti Blake dan Schofield layaknya orang ketiga yang tak kasat mata. Entah itu shoot dari depan, belakang, maupun dari samping.
Tak hanya itu saja, potongan ataupun edit tak terasa di sepanjang film yang dibuat tampak seperti satu take panjang yang terus berlanjut tanpa gangguan (kecuali satu blackout di tengah-tengah film) ini. Syuting yang berlangsung kurang lebih 65 hari di berbagai lokasi di Inggris Raya ini dijahit cantik oleh Roger Deakins dan sang editor Lee Smith dengan tanpa cela.
Dengan teknologi digital yang semakin canggih, menggabungkan adegan-adegan seolah mereka dilakukan dalam satu take terus menerus bukanlah sesuatu yang tak mungkin. Meski demikian, hasil akhirnya sungguh memukau penonton dan menjadikan pengalaman menyaksikan 1917 lebih immersive dan terasa personal. Filmnya sendiri bergerak sangat dinamis dan efektif dari satu set piece mengejutkan ke set piece memukau berikutnya yang tak kalah luar biasa.
Satu hal lain yang tak kalah menarik perhatian adalah kehadiran beragam cameo bintang seperti Andrew Scott, Mark Strong, hingga Benedict Cumberbatch. Tentu saja, secara visual 1917 tak hanya indah, tapi ada beberapa adegan yang pasti membuat penonton terpesona. You ll know when you see it! Buat kamu yang sudah tidak sabar ingin menonton film nominasi Oscar 2020 ini, 1917 sudah bisa disaksikan di bioskop-bioskop terdekat di Indonesia mulai hari Rabu, 22 Januari 2020.