Bulan Maret lalu publik dihebohkan mengenai berita Amerika Serikat yang melarang perusahaan-perusahaan teknologi di negaranya untuk bekerjasama dengan Huawei.
Hal itu bermula dari kecurigaan Amerika Serikat yang menduga Huawei telah menjadi mata-mata China untuk mencuri rahasia dagang negara tersebut.
Sejumlah agen intelijen Amerika Serikat menuduh Huawei terkait peralatan milik Huawei yang kemungkinan mengandung elemen 'mata-mata' oleh negara China.
Namun, tuduhan itu secara tegas ditampik oleh Huawei dan menganggap kalau itu merupakan salah satu usaha Amerika untuk menghentikan dominasi produk China di negaranya.

Meskipun Amerika telah memutuskan kerja sama dan memasukkan Huawei ke dalam daftar blacklist, kenyataannya sampai saat ini masih ada beberapa perusahaan AS yang 'ngeyel' dan tetap menjual komponen mereka ke Huawei, geng.
Perusahaan AS yang masih menjalin kerja sama dengan Huawei tersebut adalah perusahaan chipset Intel dan Micron yang menjual produk ke Huawei dengan nilai jutaan dolar.
Cara yang dilakukan Intel dan Micron untuk lolos dari pembatasan AS terhadap Huawei ini yaitu menggunakan pelabelan produk yang diproduksi di mancanegara.
Meski begitu, Sanjay Mehrota selaku CEO Micron mengatakan kalau pihaknya telah menjual kembali komponennya ke Huawei berdasarkan peraturan yang diberlakukan oleh pemerintah setempat.
Potensi Bahaya Hongmeng Bagi Google

Perang sengit antara Huawei dan Amerika Serikat kini berbuntut panjang.
Akibat larangan penjualan komponen-komponen perusahaan AS kepada Huawei, kini vendor smartphone Tiongkok ini tidak lagi bisa menggunakan OS Android untuk smartphone-nya.
Sebagai gantinya, Huawei mengembangkan sistem operasi baru bernama Hongmeng sebagai upaya terakhir jika sampai Huawei tidak lagi diizinkan menggunakan Android.
Meskipun begitu, CEO sekaligus pendiri Huawei, Ren Zhengfei, percaya diri mengatakan bahwa sistem operasi Hongmeng justru bisa menghasilkan kerugian besar bagi Google, geng.
Zhengfei juga mengungkapkan jika nantinya Huawei menggunakan sistem operasi besutannya tersebut, maka Google akan kehilangan 700-800 juta pengguna di masa depan.
Hal itu kemungkinan besar bisa terjadi karena pertumbuhan pengapalan HP Huawei nantinya.
Selain itu, ada juga berita yang menyebutkan bahwa nama-nama seperti Xiaomi, OPPO, dan vivo ikut bekerjasama dengan Huawei demi membuat Hongmeng segera dirilis.
Akhir Kata
Dengan adanya perusahaan chipset asal AS yang masih mengirimkan komponennya untuk Huawei seolah menjadi bukti kalau AS tidak bisa dengan mudah mengisolasi perusahaan China tersebut.
Menurut kamu sistem operasi Hongmeng bakal benar-benar berpotensi mengancam Amerika Serikat nggak, sih, geng? Tulis jawabannya di kolom komentar bawah ini, ya!
Baca juga artikel seputar Android & iOS menarik lainnya dari Shelda Audita.