Memiliki kekurangan kondisi fisik atau penyandang disabilitas bukanlah penghalang bagi keenam gamers di bawah ini untuk berprestasi.
Bahkan, skill mereka tidak kalah dengan gamers yang sempurna secara fisik.
Siapa sajakah para gamers penyandang disabilitas dengan skill kelas dunia? Yuk, simak artikel Jaka berikut ini.
5 Gamers Penyandang Disabilitas dengan Skill Kelas Dunia
1. Mike Begum
Mungkin kamu pernah mendengar namanya karena Mike Begum cukup terkenal sebagai gamer Street Fighter profesional.
Mike Begum mengidap penyakit arthrogryposis sejak kecil. Karena penyakit ini otot-ototnya jadi tidak bisa berkembang, sehingga anggota tubuhnya termasuk tangan dan kaki tidak dapat difungsikan secara normal.
Tidak seperti gamer difabel lainnya yang memainkan game Street Fighter dengan gamepad atau control game khusus disabilitas, Mike menggunakan gamepad yang biasa digunakan oleh gamers kebanyakan.
Mike memanfaatkan bagian tubuh lainnya seperti pipi dan lidahnya untuk mengontrol gamepad. Waktu yang ia butuhkan untuk belajar memainkan game tersebut sehingga bisa sejago sekarang juga tidak sebentar, yakni 3 tahun.
Kegigihan dan kerja kerasnya pun akhirnya berbuah manis dan mengantarkannya pada titik kesuksesan. Mike meraih posisi satu dalam ranking global game Ultra Street Fighter IV untuk karakter Chun-Li.
Bahkan, Mike menduduki peringkat 687 dalam world rankings atau peringkat dunia yang tercantum dalam website Shoryuken, situs komunitas game fighting.
Tak hanya itu saja, Mike juga mengikuti turnamen bergengsi, seperti Texas Showdown 2012-2014 dan Absolute Battle 6 yang mempertandingkan game Ultra Street Fighter IV.
Turnamen-turnamen itu berhasil ia taklukkan dengan meraih peringkat ke-lima. Mike juga sempat bertanding melawan jagoan Street Fighter seperti Daigo Umehara dan Masato Bonchan Takahashi dalam turnamen Evolution, lho.
2. Michael "Handi" Olson
Gamer difabel berikutnya adalah Michael Handi Olson. Menderita congenital limb deficiency atau cacat bawaan, ia tidak memiliki kaki dan tangan sejak lahir.
Meskipun memiliki kekurangan secara fisik, Handi tetap melakukan apapun yang ia inginkan. Terbukti, ia sangat lihai dalam bermain game CS: GO dan berhasil menjadi gamer profesional.
Sejak tahun 2001, Handi rutin memenangkan kejuaraan lokal di California, Amerika Serikat.
Ia juga terkenal jago menggunakan salah satu senjata sniper dalam permainan CS: GO. Keakuratannya berhasil membuat orang berdecak kagum.
Handi bermain dengan cara menempatkan bahu kirinya ke arah keyboard dan bahu kanannya diletakkan di mouse.
Untuk memudahkan, Handi melapisi mouse-nya dengan bahan karet agar tidak licin dari cengkeraman bahunya.
Handi juga sering mendapatkan undangan sebagai motivator dan pengembang aplikasi sambil kuliah di Cypress College. Ia juga mengikuti ESEA, salah satu platform kompetisi tertinggi untuk CS: GO di Amerika Utara.
3. Ian "MistyStumpy" Alexander
Selanjutnya, ada gamer League of Legends, Ian 'MistyStumpy' Alexander, asal AS. MistyStumpy terlahir dengan tangan kiri yang tidak tumbuh dengan sempurna, sehingga ia hanya memiliki satu tangan.
Meski begitu, MistyStumpy bukan pemain League of Legends yang bisa diremehkan. Ia pernah meraih peringkat 12 Solo Queue di wilayah Amerika Utara.
Kemampuannya bermain game League of Legends sangat membuat banyak pihak tercengang. Pasalnya, dalam memainkan game tersebut keberadaan dua tangan sangat dibutuhkan.
Selain bermain game, ia juga mampu menggunakan busur dan panah, belajar berenang, serta bermain sepakbola.
MistyStumpy diadopsi dari Korea Selatan saat ia berusia enam bulan. Kini ia tinggal di Blue Springs, Missouri.
4. Clint "Halfcoordinated" Lexa
Halfcoordinated adalah seorang Speedrunner. Speedrunner adalah aktivitas bermain game dengan konsep menyelesaikan atau menamatkan satu judul permainan tertentu secepat mungkin.
Sejak lahir, Halfcoordinated menderita penyakit Hemiparesis atau kelumpuhan pada satu sisi bagian tubuh. Bagian tubuh sebelah kanan Halfcoordinated lumpuh, sementara bagian lainnya normal.
Tapi kelumpuhan pada bagian tubuh sebelah kanannya tidak total. Ia masih bisa menggerakkan bagian tubuh sebelah kanannya meski sangat terbatas dan cenderung lemah.
Selama ini, Halfcoordinated bermain dengan satu tangan. Ia juga sudah langganan tampil di berbagai ajang Speedrunner, salah satunya Summer Games Done Quick.
Pada 2015, Halfcoordinated berhasil menamatkan game Vanquish, diikuti dengan Transformers: Devastation pada tahun 2016 dalam waktu 44 menit 53 detik.
Pada event tahun 2017, Halfcoordinated mampu menyelesaikan game Nier: Automata hanya dalam waktu 1 jam 43 menit dan 5 detik.
5. Adam "Loop" Bahriz
Gamer Counter Strike: Global Offensive ini menderita Hereditary Sensory and Auditory Neuropathy (HSAN), yang merusak cara kerja saraf dan sistemnya.
Akibatnya, ia mengalami gangguan penglihatan dan pendengaran, meski Loop tidak sepenuhnya buta dan tuli. Loop juga harus hidup tanpa gigi.
Dalam memainkan game Counter Strike: Global Offensive tersebut, Loop harus melihat layar monitornya dengan jarak yang sangat dekat.
Karena ia juga tidak bisa berbicara sempurna, kerap kali ia mendapat perundungan dari pemain lain. Tapi sebagai gamer, ia cukup hebat.
Loop mulai bermain game tersebut sejak tahun 2013. Pada 2015, ia mulai streaming untuk senang-senang saja dan setelah menyadari dirinya mendapat banyak perhatian, ia memutuskan untuk bermain game sebagai hobi selagi masih sekolah.
Akhir Kata
Itulah dia 5 gamers penyandang disabilitas dengan skill kelas dunia.
Semoga kisah mereka dapat menginspirasi kita semua. Memiliki kekurangan fisik bukan berarti menghentikan mereka untuk melakukan hal-hal yang mereka sukai.
Baca juga artikel seputar Game atau artikel menarik lainnya dari Andini Anissa.
Banner: conectica.com
