Indonesia dikenal sebagai salah satu negara dengan tingkat religiusitas yang tinggi. Berdasarkan riset yang dilakukan oleh CEOWORLD & Global Business Policy, Indonesia menempati peringkat ke-7 dari 148 negara dengan skor religiusitas sebesar 98,7. Hasil ini menempatkan Indonesia di antara negara-negara dengan populasi paling religius di dunia, seperti Somalia, Nigeria, dan Bangladesh.
Namun, di balik angka-angka religiusitas ini, terdapat beberapa paradoks yang perlu menjadi perhatian. Meskipun secara resmi mayoritas masyarakat Indonesia menganggap agama sebagai elemen penting dalam kehidupan mereka, kenyataannya ada beberapa fenomena yang bertolak belakang dengan citra religius tersebut.
Ini dia paradoks warga Indonesia seperti dirangkum dari Instagram @bigalphaid:
1. Juara Nonton Konten Dewasa
Data dari ECPAT Indonesia yang mengutip survei dari platform Pornhub pada tahun 2015 dan 2016 menunjukkan bahwa Indonesia berada di peringkat ke-2 sebagai negara dengan jumlah pengakses situs dewasa tertinggi di dunia.
Ini menjadi ironi besar mengingat tingginya angka religiusitas di negara ini. Fenomena ini memperlihatkan adanya celah besar antara keyakinan agama dan perilaku masyarakat dalam kehidupan sehari-hari.
2. Tingkat Korupsi yang Tinggi
Tidak hanya dalam hal perilaku daring, paradoks religiusitas juga terlihat dalam tingkat korupsi. Menurut Corruption Perception Index (CPI) tahun 2022, Indonesia hanya mencetak skor 34/100 dan menempati posisi 110 dari 180 negara.
Ini menunjukkan bahwa meskipun masyarakat Indonesia menganggap agama sebagai pilar penting, integritas moral dalam pemerintahan dan sektor publik masih menjadi masalah yang signifikan.
3. Netizen-nya Tidak Sopan
Salah satu paradoks lainnya adalah tingkah laku netizen Indonesia di dunia maya. Microsoft, melalui Digital Civility Index (DCI) 2020, pernah mengukur tingkat keberadaban netizen di 32 negara. Hasilnya, Indonesia menempati peringkat ke-29 dari 32 negara, menjadikannya sebagai negara dengan peringkat terendah di Asia.
Artinya, netizen Indonesia sangat rentan terhadap perilaku tidak sopan seperti cyberbullying, menyebarkan ujaran kebencian, hoaks, _trolling, hingga pelecehan terhadap kelompok marjinal. Paradoks ini menunjukkan bahwa meskipun masyarakat Indonesia dikenal religius, keberadaban di dunia maya masih sangat memprihatinkan.
4. Doyan Nge-slot dan Judi Online
Ironi lainnya adalah tingginya jumlah pemain judi online di Indonesia. Berdasarkan data terbaru, Indonesia memiliki lebih dari 200 ribu pemain judi online, menjadikannya negara dengan jumlah pemain judi online terbanyak di dunia, jauh melampaui Kamboja di posisi kedua dengan 26 ribu pemain. Ini merupakan fenomena lain yang bertentangan dengan citra negara yang religius.
5. Agama Sebagai Faktor Penting, Tapi Masih Banyak Masalah Sosial
Hasil dari Pew's Global Attitude Survey juga menyatakan bahwa Indonesia menempati peringkat ke-2 setelah Ethiopia dalam hal masyarakat yang menganggap agama sebagai faktor paling penting dalam hidup mereka.
Sebanyak 93% orang Indonesia menyatakan bahwa agama adalah hal paling krusial dalam kehidupan mereka. Namun, dengan berbagai masalah sosial seperti akses konten dewasa yang tinggi, korupsi, dan perilaku buruk di dunia maya, tampaknya nilai-nilai religiusitas belum sepenuhnya diterapkan dalam tindakan nyata.
Akhir Kata
Meskipun Indonesia dikenal sebagai negara dengan populasi yang sangat religius, realitas sosial menunjukkan adanya paradoks yang menarik. Tingkat konsumsi konten dewasa yang tinggi, maraknya judi online, serta angka korupsi yang masih menjadi masalah besar, menimbulkan pertanyaan tentang seberapa jauh nilai-nilai agama benar-benar diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Hal ini menjadi refleksi bagi masyarakat Indonesia, bahwa religiusitas seharusnya tidak hanya menjadi identitas, tetapi juga tercermin dalam tindakan yang konsisten, baik di dunia nyata maupun dunia maya.
Baca artikel dan berita menarik dari JalanTikus lainnya di Google News