Salju Abadi di Papua Diperkirakan akan Segera Menghilang, 2021 Cair Seluruhnya?
SainsTahukah kamu bahwa gletser atau lapisan es yang berada di Puncak Jaya, Papua terancam mencair seluruhnya akibat perubahan iklim?
Meski dinamai salju abadi, nyatanya gletser tersebut tidak benar-benar bisa bertahan selamanya, geng.
Donaldi Permana, peneliti senior di biro meteorologi Indonesia BMKG pada Sabtu (5/12/2020) mengatakan bahwa es tersebut sudah mulai mencari sejak revolusi industri, waktu di mana sebagian orang Indonesia bahkan tidak tahu bahwa ada gletser di Pulau Papua - dikutip dari ABC melalui Kompas.
Padahal, gletser yang ada di puncak gunung tertinggi di Indonesia tersebut masuk World Seven Sumit atau tujuh puncak tertinggi di dunia.
Bahkan menurut Mongabay, gletser Papua juga menjadi satu-satunya gletser tropis yang ada di Pasifik Barat. Lainnya ada di Pegunungan Andes, Amerika Selatan, dan Pegunungan Himalaya, geng.

Diperkirakan, sisa-sisa gletser di Puncak Jaya sudah ada selama kurang lebih 5.000 tahun.
Donaldi sendiri pernah mencoba mengekstraksi inti es dari gletser Papua pada tahun 2010 dan mengebor lapisan es sepanjang 32 meter hingga ke dasar untuk memperkirakan usianya.
Dari pengeboran tersebut diperoleh bahwa gletser di wilayah tersebut berusia sekitar 90 tahun.
Di sisi lain, lapisan salju Puncak Jaya dianggap tempat suci oleh masyarakat adat, bahkan menganggapnya seperti dewa mereka.
Sehingga menghilangnya es di puncak gunung salju dianggap seperti menghilangnya otak seorang dewa inilah yang menyebabkan para peneliti juga sulit melakukan penelitian, karena penduduk menentang melakukan perlawanan atas penelitian itu.
Sebenarnya, pada ketinggian 4.884 meter di atas permukaan laut, penurunan suhu dan hujan akan berubah menjadi salju, lalu membentuk es hingga air memadat menjadi gletser.
Namun, perubahan iklim yang mengakibatkan suhu memanas tak lagi mengubah hujan menjadi salju sehingga gletser mulai mencair dan ketebalan es di Papua kian menipis.

Bahkan, julukan salju abadi harus siap-siap direlakan oleh Puncak Jaya karena para peneliti memperkirakan bahwa gletser tersebut akan mencair dan hilang pada tahun 2025, bahkan bisa jadi hilang pada tahun 2021.
Data grafis penyusutan wilaya gletser dari tahun 1850-2018 menunjukkan pengurangan signifikan di mana luas gletser pada 19,3 kilometer persegi pada tahun 1850, namun pada tahun 1972 tercatat hanya tersisa 7,3 kilometer persegi saja.
Ketika diobservasi kembali pada tahun 2018, tercatat luas gletser yang ada hanya tinggal 0,5 kilometer persegi, geng. Menyusut drastis, bukan?
Pengurangan luas gletser ini adalah dampak dari pemanasan suhu global dalam kondisi iklim ekstrim El Nino dan La Nina, terutama yang terjadi pada tahun 2015 dan 2016 lalu.

Lantas, apa efek yang mungkin ditimbulkan dari melelehnya gletser Papua?
Menurut Sri tantri Arundhati, Direktur Adaptasi Perubahan Iklim KLHK, melelehnya gletser Papua dapat menyebabkan naiknya permukaan air laut, sistem hidro meteorologi berubah, mempengaruhi curah hujan dan gelombang, serta dapat mengakibatkan iklim ekstrim.
Sri juga menyebut bahwa mencairnya es di Papua tersebut akan menyebabkan biota ekosistem air tawar mengalami perubahan kuantitas dan mengubah stabilitas aliran sungai sehingga habitat menjadi kurang kompleks.
Baca juga artikel seputar Sains atau artikel menarik lainnya dari Ayu Kusumaning Dewi.
Simak juga beberapa artikel menarik lainnya dari Jalan Tikus berikut ini:
12 Potret Busana Cantik Para Artis di Rangkaian Acara Aurel-Atta, Glamor dan Elegan!
8 Bencana Paling Mengerikan Akibat Ulah Manusia, Akibat Serakah dan Acuh!
Butiran Emas Ditemukan di Pantai Maluku | Ada Gunung Emas di Laut?
Sepak Terjang Hesti Sutrisno, Wanita Bercadar yang Memelihara 70 Anjing di Rumahnya