Pada Oktober 2020 lalu, sejumlah peninggalan purbakala yang tenggelam di bawah air tiba-tiba muncul ke pemukaan Danau Sentani, Papua.
Benda-benda tersebut akhirnya terlihat jelas setelah air danau tersebut surut.
Biasanya, tinggalan-tinggalan zaman prasejarah itu hanya akan terlihat samar-samar di dalam air saat permukaan air Danau Sentani sedang pasang.
Menurut peneliti Balai Arkeologi Papua Hari Suroto, benda-benda megalitik itu sempat dikhawatirkan hilang atau tergeser posisinya karena banjir bandang yang menerjang Sentani pada Maret 2019 silam - seperti dilansir dari Kumparan.
Peristiwa surutnya permukaan air Danau Sentani yang terletak di Kabupaten Jayapura itu adalah karena berkurangnya pasokan air dari sumber mata air Cyclops, sehingga volume air danau juga turut berkurang.

Salah satu peninggalan terlihat muncul secara jelas di sebuah pulau kecil di tengah Danau Sentani bagian timur bernama Pulau Asei, di mana sebuah menhir beserta ukirannya mencuat dari dalam air.
Selain menhir, ada papan batu di Tanjung Warakho, Kampung Doyo lama yang juga nampak begitu nyata di permukaan tanah tepi danau tanpa mengalami pergeseran posisi sedikitpun.
"Sejumlah menhir juga terlihat jelas di perairan Pulau Mantai. Dua buah menhir berukuran besar yang dipercaya oleh masyarakat Sentani bagian barat sebagai laki-laki dan perempuan dewasa," terang Hari, menjelaskan penemuan lain yang turut muncul ke permukaan.

Hari juga menuturkan adanya 10 batu menhir dengan ukuran lebih kecil yang dipercaya sebagai anak-anak dari menhir berukuran besar itu. Serangkaian menhir ini juga dikenal sebagai Ainining Duka atau batu beranak.
Menhir yang disebut batau rejeki atau batu marew oleh masyarakat Kwadeware juga terpampang jelas di pinggir Pulau Mantai yang berjarak 10 meter di sebelah selatan batu beranak.
Menurut Hari, pada masa lalu tinggalan megalitik ini berkaitan dengan kepercayaan pada roh nenek moyang atau kekuatan supranatural.
Kepala Balai Arkeologi Papua Gusti Made Sudarmika menjelaskan bahwa menhir atau tiang batu pada zaman megalitikum biasanya sengaja didirikan untuk fungsi religi dan praktis.

"Menhir itu kalau dari istilah arkeologinya itu tiang batu atau batu berdiri, beberapa masyarakat bilang batu berdiri yang biasanya disengaja didirikan, sejenis tiang lah, bukan batu biasa toh, kadang-kadang juga sengaja dibentuk biasanya ada persegi, persegi panjang, didirikan itu fungsinya ada bisa berfungsi sebagai religi atau berfungsi sebagai praktis," jelas Gusti dalam wawancaranya dengan Detik.
Dalam kaitannya dengan fungsi religi, menhir biasanya digunakan untuk memuja nenek moyang.
Sedangkan, secara praktis benda purbakala tersebut dapat digunakan sebagai tiang rumah yang digunakan untuk menyokong rumah.
Baca juga artikel seputar Purba atau artikel menarik lainnya dari Ayu Kusumaning Dewi.
BACA JUGA
Dulu Diejek Gara-gara Fisiknya, 8 Artis Ini Kejutkan Publik dengan Penampilan Baru | Beda Banget!
Terobsesi dengan Barbie, Gadis Ini Operasi Bibir hingga Jadi Paling Dower Sedunia
300+ Caption Instagram Keren & Kekinian Terbaik 2021
Download Alight Motion Pro MOD APK v3.8.0 Terbaru 2021 | Free & No Watermark!
Lebih Dekat dengan Sealand, Negara Terkecil di Dunia | Lebih Mirip Kilang Minyak Lepas Pantai