Kebaya Janggan Gadis Kretek, pakaian khas Jawa yang sebelumnya dikenal sebagai busana tradisional, kini telah menjadi ikon gaya fashion modern yang diminati oleh para fashionista. Melambungnya popularitas serial Gadis Kretek di Netflix telah mengangkat sorotan akan gaya berpakaian karakter utamanya, Dasiyah, yang menjadi inspirasi bagi penggemar untuk tampil anggun dan berkharisma layaknya Jeng Yah.
Seorang penjahit di Garut melaporkan bahwa pesanan kebaya janggan ala Jeng Yah dengan warna hitam menjadi tren yang diminati oleh banyak orang. Sejumlah artis Indonesia juga telah memperlihatkan gaya mereka saat mengenakan kebaya janggan Gadis Kretek dalam berbagai acara sebelum serial ini tayang.
Dian Sastro: Trendsetter Busana Tradisional dengan Sentuhan Modern
Dian Sastro selalu menjadi pencetus tren dengan gaya berbusana tradisional yang diberi sentuhan modern. Salah satunya adalah kebaya janggan yang ia kenakan saat menghadiri screening serial Gadis Kretek di Busan International Film Festival pada awal Oktober 2023.
Rina Nose: Personifikasi Karakter Jeng Yah dengan Gaya Unik
Rina Nose menciptakan personifikasi atas karakter Jeng Yah dalam acara peringatan 13 Tahun Mata Najwa. Tak hanya gaya pakaian, namun gaya berjalan dan berbicaranya juga sangat mirip dengan Dasiyah, diselingi dengan tarian kocak ala komedian.
Happy Salma: Melestarikan Budaya Indonesia dengan Kebaya Janggan
Happy Salma dikenal sebagai salah satu aktris yang selalu berusaha melestarikan budaya Indonesia, seringkali mengenakan berbagai busana tradisional, termasuk kebaya janggan berwarna gelap yang dipadukan dengan kain batik berwarna kuning.
Adinia Wirasti: Mengabadikan Akar Budaya Jawa dalam Kebaya Janggan
Adinia Wirasti, meski menikah dengan bule, tidak melupakan akarnya sebagai orang Jawa dan asli Indonesia. Dalam salah satu sesi foto preweddingnya, ia mengenakan kebaya janggan dengan kain batik, sementara suaminya mengenakan busana senada.
Marsha Timothy: Menampilkan Keanggunan dalam Kebaya Janggan
Marsha Timothy tampak anggun mengenakan kebaya janggan dengan hiasan ronce melati di rambutnya, menunjukkan keanggunan dan kewibawaannya.
Kebaya janggan muncul pertama kali di era 1830-an menjelang akhir Perang Diponegoro, terinspirasi dari seragam militer Eropa pada masa itu. Nama kebaya janggan berasal dari kata "jangga" yang berarti leher, dengan ciri khas berupa kancing menyamping miring ke dada sebelah kiri, berlengan panjang, berbentuk ramping, dan tidak terbuat dari bahan kain brukat atau renda. Motifnya umumnya polos atau motif kembang batu, sering dibuat memakai kain warna hitam sesuai aturan dari Keraton Yogyakarta, sehingga juga dikenal sebagai Janggan Hitam.