Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) tengah mengirim robot Perseverance ke Mars. Tujuannya, untuk mencari bukti kehidupan di planet merah tersebut.
Mars memang menjadi salah satu planet yang diincar para ilmuwan untuk menjadi tempat tinggal umat manusia di masa depan.
Selain mencari bukti kehidupan dengan mengirim robot, para astronom dan ilmuwan dunia bahu-membahu putar otak untuk mencari cara bagaimana manusia bisa bepergian dan tinggal di planet lain.
Salah satu ide gila dicetuskan oleh Chris Mason, seorang ahli genetika dan profesor dari Cornell University di New York.
Mengutip CGTN, Mason punya ide untuk mengombinasikan sel genetika manusia dengan DNA dari makhluk mikro bernama beruang air alias tardigrade (Macrobiotus sapiens).
Tardigrade sendiri adalah hewan berkaki delapan yang pertama kali ditemukan pada 1773 oleh seorang zoologist asal Jerman. Meski begitu, hewan ini diperkirakan telah hidup di Bumi setidaknya selama 530 juta tahun ke belakang.
Para ilmuwan menjuluki binatang berukuran 0,5 milimeter ini sebagai makhluk paling tangguh. Pasalnya, tardigrade bisa bertahan hidup di kondisi ekstrem.
Tardigrade bisa hidup tanpa makanan atau air selama 30 tahun, bisa hidup di suhu sedingin 0 derajat atau di atas titik didih, di kondisi dengan tekanan enam kali lipat lebih tinggi dibanding lautan terdalam, dan di kondisi vakum seperti luar angkasa.
Ketangguhan si beruang air rupanya berasal dari protein unik di dalam tubuh mereka yang disebut Dsup. Protein ini melindungi DNA dari radiasi ionisasi, seperti yang terdapat dalam tanah, air, dan tumbuh-tumbuhan.
Mampukah Tardigrade Jadi Kunci Kesuksesan Manusia Tinggal di Mars?
Nah, kagum dengan ketangguhan si beruang air, Chris Mason kemudian mencetuskan ide untuk mengombinasikan DNA manusia dengan tardigrade.
Pada 2019 lalu, Mason memimpin proyek yang berisi 10 peneliti NASA yang mempelajari astronot kembar, Mark dan Scott Kelly.
Scott Kelly sudah berada di luar angkasa selama satu tahun, sementara Mark tinggal di Bumi. Para peneliti kemudian membandingkan kondisi tubuh keduanya untuk mengetahui bagaimana tinggal di luar angkasa memengaruhi tubuh manusia.
Para peneliti berharap studi ini akan menghasilkan informasi penting demi menyusun strategi untuk menyokong kesehatan para astronot yang menjalani misi ke luar angkasa.
Sementara itu, Israel sendiri pernah mengirimkan pesawat luar angkasanya bernama Beresheet ke bulan pada April 2019. Dalam pesawat itu, para ilmuwan menitipkan kargo yang berisi tardigrade.
Namun sayang, proyek yang didanai swasta ini hilang kontak dan diduga terdampar di permukaan bulan. Akibat kecelakaan ini, diperkirakan sejumlah tardigrade itu tumpah dan kini menginvasi bulan. Wah, kok malah kayak plot film horor ya?
Nah, tinggal kita tunggu aja ya, geng, kelanjutan dari sejumlah misi dan penelitian di atas. Kalau kamu sendiri, sudah siap belum tinggal di planet lain?
Baca juga artikel seputar Sains atau artikel menarik lainnya dari JalanTikus.com