Pixar merupakan salah satu studio animasi terbaik di dunia, dan beberapa hasil karya studio ini bahkan mampu menjadi sumber kehobahan ketika dirilis.
Kualitas animasi yang disuguhkan oleh studio ini memang tidak perlu diragukan lagi. Berkat kualitas animasi yang baik ini hampir semua film animasi yang diproduksinya laku keras di pasaran.
Meskipun begitu, pada beberapa film yang dibuatnya Pixar seolah memberikan penggambaran negatif terhadap anak-anak yang tidak lain adalah target pasar utamanya.
Penggambaran anak-anak secara negatif dalam alur cerita maupun konstruk dunia rekaan pada film yang dibuat Pixar ini tidak hanya terjadi sekali atau dua kali saja.
Seberapa jelek sih, penggambaran anak-anak pada film animasi buatan Pixar ini? Apa benar Pixar membenci target marketnya sendiri? Berikut pembahasannya!
1. Anak-Anak Adalah Penjahat dan Wajib Dihukum (Toy Story)

Toy Story merupakan salah satu film animasi terbaik sepanjang masa, sekaligus menjadi film animasi pertama yang proses pengerjaannya sepenuhnya dilakukan melalui komputer.
Selain kualiatas animasinya yang sangat baik, film yang satu ini juga menyuguhkan konsep cerita unik yang belum pernah dipakai sebelumnya di mana mainan dibuat seperti makhluk hidup sungguhan.
Sayangnya, di film ini anak-anak malah digambarkan sebagai sosok penjahat yang suka menyiksa mainan. Penokohan Sid bahkan dibuat mirip seperti psikopat yang suka menyakiti dan menyiksa orang lain.
Padahal, tindakan Sid ini dilakukan terhadap mainan yang dia sendiri tidak tahu kalau mereka itu hidup. Parahnya lagi, Sid dibuat trauma di akhir setelah diteror oleh para mainan ini.
2. Anak-Anak Bisa Jadi Sumber Bencana (Monster Inc.)

Monster Inc. menjadi film animasi lain dari Pixar yang dibuat dengan konsep cerita yang berbeda. Di film ini, monster merupakan makhluk hidup sungguhan yang memiliki tatanan masyarakat sendiri.
Para monster ini bersinggungan dengan manusia melalui sebuah portal khusus yang berbentuk seperti pintu. Mereka menggunakan portal ini untuk menakut-nakuti anak-anak dan mendapatkan sumber energi darinya.
Parahnya lagi, anak-anak digambarkan sebagai sesuatu yang sangat mematikan untuk para monster ini. Kontak dengan anak-anak bisa membuat mereka mengalami hal yang buruk.
Di film ini, anak-anak dibuat seperti sumber bencana menakutkan yang di saat bersamaan juga bertindak sebagai sumber energi yang bisa dieksploitasi.
3. Mimpi Terlalu Tinggi Bisa Membuat Anak-Anak Jadi Penjahat (The Incredibles)

The Incredibles bercerita mengenai keluarga superhero yang dipaksa beradaptasi di tengah masyarakat biasa, menanggalkan fungsi mereka sebagai sosok penegak keadilan.
Sosok penjahat di film superhero ini berubah menjadi jahat karena mengalami penolakan menyakitkan dari tokoh utama untuk mendampinginya membasmi kejahatan ketika masih anak-anak.
Film ini seolah memberikan pesan bahwa mimpi yang terlalu tinggi ketika menjadi anak-anak bisa mengubah kamu menjadi sosok penjahat.
4. Anak-Anak Adalah Sumber Masalah (Finding Nemo)

Di film yang sebagian besar karakternya adalah ikan, anak-anak tidak terlalu mendapatkan porsi tampil yang terlalu banyak di film ini.
Hanya ada satu tokoh anak-anak yang dimunculkan di film ini, dan anak ini digambarkan sebagai marabahaya bagi karakter ikan di film ini.
Kenapa satu-satunya tokoh anak-anak yang ada di film ini digambarkan sebagai anak yang suka menyakiti hewan? Padahal, tidak semua anak-anak berlaku seperti itu.
5. Lebih Baik Dinosaurus Daripada Anak Manusia (The Good Dinosaur)

Alur cerita di film animasi yang satu ini dibuat dengan konsep yang cukup unik. Film ini berfokus pada kisah pertemanan antar spesies, yaitu antara dinosaurus dengan anak manusia.
Sayangnya, anak manusia di dalam film ini malah dibuat seperti tokoh yang dipelihara, bukan sosok cerdas yang mendominasi spesies lainnya.
Karakter anak-anak di film ini malah dibuat seperti sosok peliharaan dari dinosaurus, konstruksi hubungan yang terbilang nyeleneh dan patut dipertanyakan.
6. Anak-Anak Sebagai Sumber perselisihan (Inside Out)

Inside Out bercerita mengenai apa yang terjadi jika emosi yang mengendalikan pikiran manusia hidup dan memiliki personaliti tersendiri.
Di sini, penonton diajak untuk menyelami kondisi emosional dari Riley, anak perempuan yang baru saja pindah ke lingkungan baru dan kesulitan untuk bersosialisasi di lingkungan barunya ini.
Riley digambarkan sebagai anak dengan kondisi emosional yang meluap-luap, cenderung menutup diri dari lingkungan baru, bahkan dari orangtuanya sendiri.
Riley dibuat seperti sumber masalah di dalam film ini, dan penggambarannya dibuat seperti anak yang egois yang selalu berusaha lari dari masalah dan ingin selalu kembali ke masa lalunya.
7. Jadi Sumber Kesedihan Walaupun Tidak Ada (UP)

Jika di poin-poin sebelumnya anak-anak menjadi sumber masalah karena keberadaannya, di film animasi ini anak-anak jadi masalah karena ketidakhadirannya.
Di film ini Carl dan istrinya dibuat seolah sangat menderita karena harapan mereka untuk mempunyai anak tidak bisa terpenuhi.
Pasangan ini menjalani hidup mereka dengan hampa karena tidak memiliki anak hingga akhir usia. Anak dibuat seperti sumber kebahagiaan mutlak, tanpanya hidup seolah tidak bermakna.
Hal ini menimbulkan kontradiksi yang begitu menyakitkan bagi Carl dan Ellie yang tidak berkesempatan mempunyai anak. Mereka seperti ditusuk pisau ironi kebahagiaan dengan tidak memiliki anak.
Akhir Kata
Itu dia beberapa tanda yang menunjukkan seolah Pixar membenci sosok anak-anak di film mereka.
Apa yang disuguhkan di sini hanya sebatas pendapat yang Jaka kumpulkan dari berbagai sumber di internet, dan kebetulan pendapat-pendapat ini seolah membentuk benang merah di kasus ini.
Semoga informasi yang Jaka bagikan kali ini berguna untuk kalian semuanya, dan sampai jumpa di artikel-artikel selanjutnya!
Baca juga artikel seputar Film atau artikel menarik lainnya dari Restu Wibowo.