Kompetisi paduan suara di Amerika memiliki gengsi tersendiri. Wajar jika pada akhirnya di Amerika banyak berdiri sekolah musik khusus bagi anak-anak muda berbakat untuk dilatih agar menjadi paduan suara terbaik. Suatu kebanggan bagi suatu keluarga saat mendapati anaknya menjadi anggota paduan suara nasional. Bayangkan sekelompok anak muda berbakat berdiri di hadapan banyak orang untuk memberikan nyawa bagi suatu ruangan.
Dengan mengangkat latar belakang itu, sang sutradara Francois Girard berusaha menyajikan bagaimana perjuangan seorang anak muda berbakat dalam menapaki jalan hidupnya. Menggandeng aktor kawakan Dustin Hoffman yang harus beradu akting dengan aktor pendatang baru Garret Wareing, seperti apa sang sutradara merangkai jalan cerita BOYCHOIR ini?
Semua Berawal Karena Bakat
Cerita berfokus pada perjuangan Garret Wareing yang didaulat untuk memerankan sosok Stet, anak muda nakal yang memiliki suara emas. Suatu hari, sekolah tempat Stet belajar kedatangan rombongan paduan suara nasional yang dipimpin oleh Carvelle (Dustin Hoffman). Kepala Sekolah yang menyadari bakat Stet mengundang Carvelle untuk secara khusus mengaudisi Stet. Alih-alih senang, Stet malah berlari meninggalkan ruang audisi.
Sebuah kecelakaan mobil membuat Stet harus kehilangan ibunya, satu-satunya keluarga yang dimilikinya. Berada dalam kondisi yang terombang-ambing, Stet kemudian dipertemukan dengan ayah kandungnya (Josh Lucas). Konflik terbangun karena ternyata ayah Stet sudah memiliki keluarga saat mengenal ibu Stet. Akhirnya, atas usul Kepala Sekolah, Stet pun dimasukan ke sekolah paduan suara nasional yang dipimpin oleh Carvelle.
Di sinilah cerita dimulai. Saat Stet yang berusia 12 tahun harus bergabung dengan anak muda berumur sekitar 8-10 tahun dalam paduan suara nasional. Berbagai tantangan khas anak muda di sekolah yang ketat untuk mengejar target, berhasil dilalui Stet. Bagaimana perjuangan Stet melalui hari demi hari di sekolah yang dipimpin Carvelle ini sukses membawa cerita menuju klimaks. Klimaks tercapai saat Stet berhasil membawa sekolahnya tampil di hadapan orang banyak dalam kejuaran nasional.
Minim Emosi, Sarat Inspirasi
Seolah sang sutradara terlalu berhati-hati menyajikan emosi dalam film ini, Jaka merasa film ini kurang mengaduk emosi. Penggambaran bagaimana karakter Stet yang nakal di sekolahnya hanya digambarkan sedikit lewat adegan mengolok-olok guru kesenian dan menghajar temannya yang menghina ibunya. Bagaimana emosi antar pemain yang disampaikan semuanya serba tanggung, sehingga kurang mengaduk emosi. Bahkan Dustin Hoffman terlihat tidak mengeluarkan semua kemampuannya dalam film ini.
Tapi tunggu dulu, bisa saja sang sutradara memang bertujuan mengemasnya seperti itu. Mungkin saja sang sutradara menyadarai memang tidak perlu yang rumit-rumit untuk menyampaikan pesan moral yang ada dalam film ini. Film ini menyampaikan bahwa perjuangan yang sungguh-sungguh itu penting guna tercapainya sebuah mimpi. Jangan cepat menyerah hanya karena banyaknya batu sandungan dalam usaha mencapai impian. Benar-benar pesan yang moral yang tepat untuk disampaikan kepada anak muda.
Musikal Yang Apik
Bercerita tentang paduan suara, kamu tidak akan kesepian selama menonton film ini. Alunan-alunan musik merdu terus mengisi selama film berlangsung. Berbagai alunan musik silih berganti dan mengisi sehingga membuat jalan cerita tidak pernah sepi. Pemilihan musik yang pas dalam mengisi cerita ditutup sempurna dengan alunan berlirik panjang dari Josh Groban bersama-sama dengan American Boy Choir.
Dengan temanya yang menarik, film ini cocok untuk dijadikan tontonan keluarga selagi mengisi waktu liburan. Sekalian kamu pun belajar beberapa hal baru mengenai musik.