10 Mitos Video Game yang Beredar di Indonesia, Padahal Belum Tentu Benar
GamesBanyak orang memiliki pendapat yang berbeda tentang video game. Ada yang menganggapnya sebagai sarana hiburan yang menarik dan ada juga yang berpendapat sebaliknya.
Nah, kali ini Jaka ingin mengulas beberapa mitos tentang video game. Sebagian dari mitos ini berasal dari kesalahpahaman, namun ada juga beberapa yang bisa dibuktikan melalui fakta ilmiah mengenai mitos bermain video game. Penasaran apa saja itu? Yuk, silakan disimak ya.
10 Mitos Video Game yang Beredar di Indonesia, Padahal Belum Tentu Benar
1. Video Game Itu Adiktif

Sebagian orang menganggap video game itu bisa mengakibatkan kecanduan layaknya obat-obatan. Meski hal itu bisa dianggap benar, tetapi bagaimanapun video game memang dirancang untuk membuat pemain ketagihan. Pengembang terus berusaha agar game buatannya dapat menghabiskan banyak waktu sekaligus uang pemainnya. Menurut para dokter, dibutuhkan lebih banyak penelitian untuk membuktikan jika 10 persen gamer merupakan pecandu video game.
2. Era Konsol Telah Berakhir

Mungkin kita pernah beranggapan jika PC lebih baik daripada perangkat konsol game. Kalau iya, berarti kita telah salah selama ini. Karena, seperti dikutip dari laman Grunge, sebenarnya perangkat konsol masih mengalami peningkatan penjualan yang cukup tinggi saat ini, meski terkadang kita hanya disuguhkan game-game klasik seperti Uncharted dan Super Mario pada sistem konsol yang canggih.
3. Gamer Pada Dasarnya Laki-Laki?

Bagaimanapun saat kita membayangkan sebuah kompetisi video game atau siapa yang paling sering bermain video game, maka yang terbesit dalam benak kita pastilah seorang laki-laki. Ya, hal ini tidaklah salah namun perlu diluruskan.
Menurut penelitian, persentase perempuan dewasa pemain video game lebih besar daripada anak laki-laki remaja. Meskipun begitu, secara keseluruhan memang benar jika kaum pria yang menempati demografis paling besar pemain video game di dunia.
4. Pembuatan Video Game Tidak Memerlukan Biaya Mahal

Meski terkadang kita sering melihat ada beberapa game yang sangat sederhana, anggapan jika pembuatan video game itu murah tidaklah tepat. Bagaimanapun demi merancang sebuah video game yang hebat itu tidaklah mudah dan murah, kita membutuhkan seorang desainer, seniman, artis suara, programer, seorang tester, dan masih banyak lagi yang lainnya.
Ada banyak jenis pekerjaan yang dibutuhkan dalam membuat video game, belum lagi tentang pemasaran game tersebbut. Di samping biaya pembuatan video game itu mahal, ada juga beberapa game hebat yang dibuat dengan biaya yang sedikit.
5. Tidak Perlu Sekolah Untuk Bisa Membuat Video Game

Masih ada yang beranggapan jika pembuatan video game bisa dilakukan setiap orang. Hal ini sering memunculkan pembenaran bahwa tanpa sekolah pun seseorang bisa menciptakan sebuah game hebat.
Ini merupakan mitos yang terus beredar hingga saat ini, termasuk di Indonesia, banyak yang menganggap jika seseorang bisa menjadi pengusaha sukses tanpa harus mengecap pendidikan tinggi. Bagaimanapun, jika kalian ingin menjadi seorang perancang atau pembuat video game profesional, maka kalian harus menempuh pendidikan tertentu.
6. Membuat Game Itu Sangat Menyenangkan

Kita pasti tahu bahwa bisnis game itu sangatlah menguntungkan. Video game yang populer seperti Clash of Clans telah mencatatkan jutaan dolar setiap harinya. Tetapi jangan berpikir jika bekerja pada proyek pembuatan game merupakan sesuatu yang menyenangkan, meski ada jutaan dolar yang siap datang jika game tersebut sukses.
Pengembang video game selalu memiliki rutinitas yang keras. Mereka bekerja selama hampir 14 jam sehari dan selama 6 hari dalam seminggu, belum lagi jika ternyata proyek game tersebut gagal. Lalu, masih berpikir jika membuat game itu sangat menyenangkan?
7. Menjadi Game Tester Itu Menyenangkan

Bagi yang menganggap pekerjaan game tester itu menyenangkan dan mudah, maka itu sebuah kesalahan besar. Sebagaimana sebuah pekerjaan pada umumnya, mereka memiliki tanggung jawab dan tingkat kesulitan yang bervariasi. Tentu, sebagai seorang game tester kalian harus melakukan pekerjaan berulang-ulang untuk menguji permainan, mencari kelemahan dan bug yang masih muncul, dan banyak lagi yang lainnya.
Pekerjaan sebagai game tester mungkin terlihat keren, tapi bagi kalian yang mudah bosan, maka memainkan game yang berulang-ulang sambil mencatat setiap bug yang muncul selama hampir 8 jam sehari harus kalian pikirkan kembali. Khususnya sebelum menyatakan bahwa game tester itu pekerjaan yang menyenangkan dan mudah.
8. Video Game Dapat Mengubah Perilaku Seseorang

Kita mungkin sering mendengar jika video game dapat memengaruhi perilaku seseorang. Banyak kejadian yang membuktikan hal ini, contohnya kasus kekerasan dan pembunuhan yang terjadi akibat pengaruh sebuah game.
Yah, meskipun selama ini video game memang kerap disalahkan karena dapat memengaruhi kondisi psikis seseorang, namun terlepas dari hal itu, video game hanyalah sebuah sarana hiburan. Jadi, tidak semua orang seharusnya bisa memainkan sebuah game, khususnya jika masih anak-anak.
9. Video Game Dapat Membuat Kamu Bodoh

Mitos bahwa game dapat membuat seseorang bodoh bukan sesuatu yang mengejutkan. Faktanya, ada beberapa game yang membutuhkan tingkat intelektual yang tinggi untuk bisa menyelesaikannya. Apalagi pada zaman modern, sebuah video game tidak hanya didesain sebagai sarana hiburan.
Bahkan sering kita temukan beberapa game sengaja dibuat untuk sarana edukasi. Artinya, untuk menyelesaikannya akan membutuhkan kemampuan untuk memecahkan masalah, penalaran spasial, bahkan jauh lebih tinggi lagi. Hal ini membuktikan bahwa video game bisa membuat otak seseorang menjadi lebih cemerlang.
10. Video Game Membuat Kita Kurang Bersosialisasi

Kebanyakan video game dimainkan sendiri oleh para gamer, jadi wajar jika mereka memiliki perilaku anti-sosial. Hal ini terus meningkat lebih parah seiring waktu berlalu. Tetapi terlepas dari itu, sebenarnya gamer lebih sering bercakap-cakap melalui fitur obrolan dalam game, jadi kita tidak bisa menyimpulkan jika video game membuat kita kurang sosial. Justru game merupakan sarana yang tepat untuk meningkatkan keterampilan sosial. Kalian setuju?
Itu dia 10 mitos mengenai video game yang belum tentu benar. Bagaimana? Apa kalian setuju dengan mitos di atas? Atau ingin menambahkan daftar mitos yang lainnya? Yuk, jangan sungkan, tulis tanggapan kalian melalui kolom komentar di bawah ini ya. Semoga bermanfaat!