Kisah Galih Sulistyaningra, Guru SD Berkualitas Lulusan UCL Inggris dengan Beasiswa LPDP

Ditulis oleh Label - Thursday, 30 November 2023, 10:00
Galih Sulistyaningra adalah contoh nyata dari seorang pendidik yang tidak hanya berfokus pada pembelajaran akademis, tetapi juga memperhatikan aspek-aspek emosional dan sosial anak didik.

Bagi Galih Sulistyaningra, menjadi seorang guru Sekolah Dasar (SD) tak hanya membutuhkan pengetahuan yang luas, tetapi juga semangat untuk menghadirkan pendidikan berkeadilan sejak dini.

Sebagai seorang pendidik, Galih merasa bahwa gelar Sarjana di bidang Pendidikan Guru SD belum cukup untuk membekalinya sebagai seorang guru. Ia merasa perlu lebih banyak ilmu agar dapat memberikan kontribusi yang lebih besar dalam dunia pendidikan.

Perjalanan Menuju Ilmu yang Lebih Luas

Pada tahun 2018, Galih memutuskan untuk mengejar studi Magister di University College London (UCL) di Inggris melalui program beasiswa LPDP. Dengan mengambil program studi Education Planning, Economics and International Development, Galih menjadi perempuan asal Indonesia pertama yang mengikuti program studi tersebut di UCL, sebuah kampus terkemuka yang menempati urutan sembilan sebagai kampus terbaik dunia.

Galih memahami ketimpangan kualitas pendidikan, literasi, dan pedagogi kritis antara Indonesia dengan Inggris. Hal tersebut mendorongnya untuk terus menimba ilmu, karena ia percaya bahwa pendidikan memiliki interseksi dengan banyak hal, seperti kesehatan, perdamaian, keadilan sosial, ekonomi, hingga pemenuhan hak asasi manusia.

Persembahan Galih sebagai Guru SD

Setelah menyelesaikan studinya di Inggris, Galih kembali ke Indonesia dan meneruskan impiannya sebagai seorang pendidik. Saat ini, ia mengajar di SD Petojo Utara, Jakarta Pusat.

Keluarga Galih yang memiliki latar belakang pendidikan, turut memengaruhi pilihannya untuk memasuki dunia pendidikan. Awalnya, Galih enggan menjadi guru, namun jalan hidupnya terus membawanya ke dunia pendidikan.

Pendekatan Pendidikan yang Holistik

Galih percaya bahwa luasnya wawasan dan pengetahuan seorang guru dapat dipakai untuk memahami dan mengenalkan pengelolaan emosi kepada anak didik, serta mitigasi kekerasan. Ia melihat bahwa fenomena bullying, diskriminasi, dan kekerasan pada anak semakin parah, dan percaya bahwa pendidikan memiliki peran penting dalam mengatasi permasalahan tersebut.

Selain mengajar di SD, Galih juga berkontribusi dalam penyusunan modul pendidikan dasar dan membentuk komunitas Bekal Pendidik. Komunitas ini menjadi wadah bagi calon guru atau guru muda untuk mengaktualisasi diri serta mengulik isu-isu pendidikan terkini.

ADVERTISEMENT

Akhir Kata

Galih Sulistyaningra adalah contoh nyata dari seorang pendidik yang tidak hanya berfokus pada pembelajaran akademis, tetapi juga memperhatikan aspek-aspek emosional dan sosial anak didik. Melalui perjuangannya dalam mendalami ilmu, Galih memberikan inspirasi bagi para pendidik muda untuk terus mengembangkan diri dan memberikan kontribusi positif dalam dunia pendidikan.

Kembali Keatas