Bukan cuma bersinar di Tanah Air, banyak sekali orang Indonesia yang sukses berkarir di luar negeri.
Selain orang Indonesia yang sukses jadi artis di luar negeri dan Griselda Sastrawinata, animator Indonesia yang baru saja turut menggarap film "Raya and The Last Dragon", kali ini Jaka akan membahas salah satu insinyur Indonesia yang keren banget.
Ialah Marko Djuliarso, salah satu insinyur yang dilibatkan dalam proyek pembuatan roket untuk NASA sejak tahun 2017, geng.
Dilaporkan Kompas, Marko menyebut bahwa roket yang tengah digarapnya itu adalah yang paling kuat dan paling keren.
Rencananya, roket tersebut akan dibuat untuk misi ke Bulan pada tahun 2024 dan nantinya juga ada target jangka panjang ke Mars - seperti dilansir dari VOA Indonesia.
Marko sendiri adalah seorang insinyur industri berpengalaman yang telah bergabung dengan Boeing - perusahaan yang mengerjakan roket NASA tersebut - sejak tahun 2010.
Keterlibatannya dalam proyek roket untuk astronot ini adalah dalam pembuatan komponen roket space launch system di mana ia berfokus pada bagian penjadwalan, biaya, kualitas, dan analisa data, geng.
Menurut akun LinkedIn Marko, ia juga pernah terlibat dalam proyek penggarapan pesawat komersial Boeing 787 dan 777, loh.
Meski mengantongi sejumlah gelar pendidikan dari perguruan tinggi bergengsi seperti University of Tennessee, Nanyang Technological University, dan University of Southern California, Marko sempat mengalami masa sulit saat menjadi job seeker.
Ia mengaku melamar 100 pekerjaan setiap minggunya selama 6 bulan di Amerika Serikat, tepatnya pada tahun 2009 kala kondisi ekonomi sedang melesu.
Bahkan ia sempat menjadi karyawan di supermarket Target dan di sebuah pusat kebugaran sambil terus mencari pekerjaan yang cocok - seperti yang diungkapkannya pad VOA Indonesia.
Perjuangan Marko membuahkan hasil di mana ia dikontak oleh Boeing kala dirinya tengah bekerja di sebuah pabrikan jendela asal Texas.
Marko dan istrinya kemudian memutuskan untuk pindah ke Seattle, Washington demi menerima tawaran kerja dari Boeing.
Berhasil bekerja di Boeing dan mendapatkan proyek prestisius ini tentu menjadi sebuah kebanggaan tersendiri bagi Marko kendati ia mengaku tak pernah bercita-cita untuk berkarir di bidang roket dan aerospace.
"Paling memuaskan kalau kita sudah bisa menyelesaikan produk pertama dan bisa menyerahkan produk itu ke pelanggan," ungkap Marko seperti yang dilaporkan Kompas pada Jum'at (05/3/2021).
Keberhasilan tersebut rupanya juga berkat anjuran sang ayah untuk menimba ilmu di bidang teknik industri saat Marko hendak berkuliah.
Insinyur yang kini menetap di New Orleans tersebut terampil dalam Time Study, Value Stream Mapping, Failure Mode and Effects Analysis (FMEA), Systems Engineering, and Six Sigma.
Proyek yang melibatkan Marko itu adalah sebuah tindak lanjut dari rencana NASA untuk kembali melakukan ekspedisi ke Bulan pada tahun 2024 yang juga diberitakan akan mengikutsertakan astronot wanita dalam misi.
Artemis, nama misi tersebut, akan menjadi misi pertama yang membawa astronot ke Bulan setelah misi serupa terakhir kali dijalankan pada Desember 1972 melalui program Apollo 17.
Wuah, keren banget ya, geng. Kita doakan agar proyeknya berjalan dengan lancar dan sukses!
Baca juga artikel seputar NASA atau artikel menarik lainnya dari Ayu Kusumaning Dewi.
Simak juga beberapa artikel menarik lainnya dari Jalan Tikus berikut ini:
Ternyata 5 Benda ini Ditemukan Karena Alasan Aneh! | Roller Coaster untuk Menjauhi Dosa?
Inilah 10 Negara Paling Berbahaya di Dunia, Indonesia Nomor Berapa?
7 CEO Muda Indonesia Paling Inspiratif | Muda, Beda, dan Berkarya!
Dilema Megaproyek Food Estate, Antara Ketahanan Pangan dan Kerusakan Lingkungan