Yogyakarta Dijatuhi Hujan Es Dua Hari! | Akibat Perubahan Iklim?

Ditulis oleh Jaka - Thursday, 04 March 2021, 13:30
Yogyakarta diguyur hujan es dua hari berturut-turut! Apakah penyebabnya? Benarkah karena global warming? Ini ulasannya!

Selama dua hari di awal Bulan Maret ini, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) diguyur dengan hujan es. Hal ini terjadi sejak Selasa hingga Rabu (02-03/02/2021) kemarin di sekitar wilayah Turi, Kabupaten Sleman dan Kota Yogyakarta.

Melansir dari Kompas.com, Dosen Geografi Lingkungan Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta Dr. Emilya Nurjani menjelaskan jika hal ini normal terjadi ketika kelembapan udara di suatu wilayah cukup tinggi.

Emilya menambahkan jika hujan es atau juga disebut hail adalah jenis dan bentuk lain dari rainfall.

Sedangkan rainfall adalah salah satu bentuk endapan hasil kondensasi (pengembunan atau perubahan menjadi benda padat) yang terbentuk di lapisan troposfer Bumi.

Jaka contohkan misalnya seperti turun salju, hujan es, dan sleet (hujan yang bercampur dengan salju).

Hujan Es Terbentuk di Awan Kumulonimbus

Emilya menjelaskan kalau hujan es ini terbentuk di awan kumulonimbus. Awan ini merupakan awan yang terbentuk secara vertikal hingga capai ketinggian 10-12 km dari permukaan Bumi.

Biasanya, awan ini disingkat atau disebut sebagai Cb, karena terbentuk melebihi titik beku air. Bagian bawah awan ini mengandung hujan (cair) sedangkan di bagian atasnya karena berada di bawah titik beku berubah jadi es.

"Bagian atas awan Cb sering disebut sebagai awan dingin sedangkan bagian bawahnya disebut sebagai awan panas," terang Emilya seperti dikutip dari Kompas.com.

ADVERTISEMENT

Fenomena ini biasa terjadi dan dapat terjadi di wilayah dengan tipe iklim manapun. Namun, apabila terjadi di zona tropis maka ukuran kristalnya akan lebih kecil dibandingkan saat musim dingin di negara dengan iklim empat musim.

"Karena kristal es yang jatuh dari bagian atas awan Cb mengalami pencairan saat sampai di troposfer bagian bawah karena suhu udara yang lebih tinggi atau panas," imbuh Emilya.

Mengenai temperatur troposfer bagian atas, akibat pemanasan global, temperatur udara menurun atau udara di troposfer bagian atas semakin tidak stabil.

"Ini yang harus diteliti, karena pencatatan iklim kita selama ini baru di permukaan belum intensif secara vertikal, karena alat ukur dan biaya yang cukup tinggi," ungkap Emilya.

Pada saat yang sama, massa udara yang tidak stabil juga mendukung hujan es yang disebabkan oleh pertumbuhan awan Cb yang sangat padat.

Hujan Es Terjadi di Petang Hari

Di antara beberapa peristiwa hujan es di Indonesia, biasanya terjadi pada sore hari.

Kondisi cuaca beberapa hari yang lalu sangat panas dan tidak ada hujan, namun kelembabannya cukup tinggi sehingga tumbuhnya awan Cb sangat rapat.

Hujan es yang terus menerus terjadi di daerah yang berdekatan jarang ada. Namun, memang ada kemungkinan hujan es muncul selama dua hari berturut-turut di DIY. Hujan es bisa terjadi kapan saja selama kondisi troposfer mendukungnya.

"Misal awan stratus, terbentuk pada ketinggian 450 mdpal hingga 1.500-an mdpal. Tipis dan kandungannya murni air. Sehingga kalau hujan luasan wilayah yang terdampak sekitar 2 km dan intensitasnya ringan hingga sedang serta durasi singkat. Sering juga disebut hujan lokal," beber Emilya.

Penyebab Terjadinya Hujan Es

Penyebab hujan es disebutkan ada beberapa faktor, di antaranya adalah sebagai berikut:

Demikian pemaparan fenomena hujan es yag terjadi di DIY. Harap berhati-hati dan waspada saat melakukan aktivitas di luar ruangan, ya!

Baca juga artikel seputar Sains atau artikel menarik lainnya dari Ilham Fariq Maulana.

BACA JUGA

Mengupas Tuntas Aplikasi Compass Penghasil Uang, Penipuan atau Bukan?

5 Aktor Indonesia yang Gak Cocok Jadi Orang Miskin, Aura Orang Kaya!

7 Aktor yang Benci Ciuman dengan Lawan Mainnya, Aslinya Jijik!

15 Aplikasi Penghasil Uang Tercepat 2021, Langsung Cair & Terpercaya!

12 Cara Mengatasi Laptop Lemot, Dijamin Langsung Ngebut!

ARTIKEL TERKAIT

8 Gorila di Kebun Binatang Ternyata Positif COVID-19, Kok Bisa?

WHO: Pandemi COVID-19 di 2021 Bisa Lebih Buruk dari 2020

Vaksin COVID-19 Bisa Memperbesar Penis, Hoaks atau Bukan?

Lukisan Goa Tertua di Dunia Ditemukan di Indonesia, Begini Penampakannya!

undefined
Kembali Keatas