Industri anime sudah menjadi salah satu industri hiburan yang mendunia. Penggemar media hiburan yang satu ini sudah nggak terhitung lagi jumlahnya di seluruh dunia.
Banyak studio anime yang meraup untung luar biasa sekaligus manambah ketenaran mereka di dunia internasional lewat industri yang satu ini, geng.
Sayangnya, nggak semua industri anime berhasil mendapatkan ketenaran dan keuntungan yang melimpah dan pada akhirnya, banyak studio anime yang harus rela gulung tikar.
Ketatnya persaingan membuat banyak studio yang akhirnya harus rela tersingkir oleh para pesaingnya, meskipun telah memproduksi anime berkualitas tinggi sebelumnya.
Biaya produksi serial anime yang nggak sedikit jumlahnya membuat kesalahan kecil bisa berdampak besar terhadap kelangsungan hidup suatu rumah produksi anime, geng.
Studio anime mana saja sih, yang akhirnya harus rela menutup bisnis mereka? Berikut informasi selengkapnya!
1. Mushi Production
Studio anime yang satu ini harus rela mengalami pedihnya kebangkrutan karena blunder yang dilakukan oleh direkturnya.
Osamu Tezuka, pendiri sekaligus direktur dari Mushi Production, mengusulkan proyek anime dengan bujet yang terpangkas luar biasa untuk memenangkan tender yang diincarnya.
Akibatnya, studio animasi yang memproduksi anime legendaris Astro Boy ini harus rela mengajukan nota kebangkrutan dan asetnya dipecah karenanya.
Untungnya, studio Mushi Production yang baru kembali didirikan pada tahun 1977 dan bertahan sampai saat ini.
2. Hal Film Maker
Studio anime yang satu ini didirikan oleh mantan karyawan studio anime terkenal Toei Animation yang sempat memproduksi anime berkualitas sebelum akhirnya gulung tikar.
Beberapa karya besar dari studio anime ini seperti anime populer Princess Tutu dan juga Macross Dynamite 7 tidak bisa menyelamatkan studio yang satu ini dari kebangkrutan.
Pada tahun 2009, studio ini digabungkan dengan Yumeta Company dan embel-embel Hal Film Maker hilang setelahnya.
3. Topcraft
Studio anime yang satu ini sempat terkenal berkat teknik animasi khasnya yang disebut dengan hand-drawn animation.
Topcraft didirikan oleh Toru Hara, seorang mantan produser anime dari studio Toei Animation yang berkeinginan untuk mendirikan studionya sendiri.
Sayangnya, studio ini harus rela dibubarkan pada tahun 1985 dan terbagi menjadi dua bagian dan dibeli oleh orang lain.
Karya studio Topcraft yang cukup terkenal adalah Macross: Do You Remember Love? Dan juga Nausicaa of the Valley of the Wind.
4. Radix Ace Entertainment
Studio anime yang satu ini hanya sempat bertahan selama 11 tahun saja di industri anime. Radix Ace Entertainment didirikan pada tahun 1985 dan kemudian ditutup pada tahun 2006.
Studio yang satu ini memang kurang terkenal jika dibandingkan dengan studio anime besar seperti Toei Animation maupun Aniplex.
Beberapa karya dari studio ini yang sempat tayang di Jepang diantaranya adalah Silent Mobius dan juga Misaki Chronicles.
5. Tear
Studio anime yang satu ini bukan hanya gulung tikar pada tahun 2019, tetapi juga belum membayar gaji 50 animatornya.
Awalnya Tear Studio tiba-tiba seolah menghilang dari peredaran dan menghentikan seluruh kegiatannya, sebelum akhirnya terungkap bahwa studio anime ini terjerat hutang dengan jumlah yang banyak.
Hal ini diperparah oleh cuitan dari animator senior Gen Sato di media sosial Twitter yang mengatakan bahwa dirinya belum mendapatkan bayaran untuk pekerjaannya bulan lalu.
Animator lain yang terlibat dengan studio ini kemudian menyuarakan hal yang sama dan terungkaplah kasus bahwa Tear Animation belum membayar gaji para animatornya.
6. Xebec
Sebagai studio anime yang seringkali terlibat dalam pengerjaan anime-anime populer, Xebec juga tidak luput dari bayang-bayang kebangkrutan.
Beberapa karya studio anime ini yang cukup terkenal dan juga pernah masuk ke Indonesia adalah Shaman King dan juga Let's and Go.
Perusahaan induk Xebec memutuskan untuk menjual studio anime yang satu ini kepada Sunrise di tahun 2018 karena selalu mengalami defisit.
Sunrise akhirnya melebur aset dan karyawan Xebec menjadi bagian dari studionya.
7. Manglobe
Studio anime yang satu ini dikenal sebagai studio yang memproduksi anime orisinal buatannya sendiri ketika studio anime lainnya lebih suka mengadaptasi manga maupun light novel.
Karya-karya dari Manglobe pun dikenal sangat ambisius dan juga ground-breaking yang menjadikannya memiliki kualitas di atas rata-rata.
Samurai Champloo, Ergo Proxy, dan juga Gangsta merupakan sederet anime berkualitas tinggi besutan studio yang satu ini.
Sayangnya, Manglobe harus mengajukan nota bangkrut setelah terlilit hutang kurang lebih 350 juta JPY atau sekitar Rp44 miliar.
Akhir Kata
Itu dia 7 studio anime yang pada akhirnya harus menelan pil pahit kebangkrutan setelah berjuang selama bertahun-tahun lamanya.
Industri anime di Jepang memang dikenal memiliki persaingan sangat tinggi yang membuat studio anime kecil sulit untuk bertahan meskipun memiliki karya yang cukup baik.
Meskipun banyak studio yang gulung tikar, industri anime masih tetap berkembang sampai saat ini - terbukti dengan banyaknya jumlah serial anime yang dirilis setiap tahunnya.
Baca juga artikel seputar Anime atau artikel menarik lainnya dari Restu Wibowo.